Senin, 15 Februari 2010

DICULIK LEWAT FACEBOOK?!



Di tengah maraknya berita penanganan kasus Bank Century atau Century Gate serta persidangan Antasari CS, marak juga berita tentang berita kehilangan anak usia belia hingga yang sudah kuliah. Beberapa peristiwa ‘hilang’ ini uniknya dialami oleh kaum perempuan. Dan lebih anehnya judul berita seolah memojokkan sebuah jejaring sosial tertentu, yaitu Facebook.
Berita itu antara lain:
'Penculik Kenalan dengan Korbannya Melalui Facebook'

'Trauma Korban Penculikan Via Facebook; Histeris Kala Ingat Kejadian'

'Pelaku Perkosaan di Makasasr Mahir Merayu Wanita'

Istilah ‘diculik lewat Facebook’ saya pikir terlalu berlebihan. Bagaimana bisa Facebook melakukan penculikan? Bagaimana mungkin seorang mahasiswi dengan mudah ‘diculik’ oleh seseorang?
Bahkan dibeberapa kesmpatan muncul wacana semacam ‘mengharamkan’ penggunaan Facebook. Memang, ini jadi fenomena menarik bagi kita di tengah kehadiran jejaring sosial tersebut. Apakah benar Facebook-lah yang menjadi biang keladi kasus penculikan seperti yang marak diberitakan? Atau ada agenda lain yang tersembunyi untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap hal-hal lebih urgent? Jika tidak, apakah judul yang dibuat hanya untuk menyedot perhatian para pembaca semata?

Pada harian Tribun Jabar, 13 Februari 2010, justru judulnya lain: “Kiki Ditemukan Lewat Facebook”. Kiki (18), siswi SMK ICB kelas dua, yang dikabarkan hilang diculik sejak sebulan silam, telah kembali. Ternyata Kiki menghilang ketika ia ke Jakarta untuk menemui saudaranya namun tersesat (alamatnya salah dan tidak bisa dihubungi lewat telepon). Dan tidak hanya itu, Kiki ternyata kabur karena ada masalah uang yang belum dibayar ke sekolah. Proses ditemukannya Kiki, karena ia menulis pesan lewat Facebook.

Saya pikir, media pun harus cerdas dalam mencerdaskan masyarakat. Tidak serta merta memuat berita yang menggiring opini masyarakat menjadi negatif, terhadap jejaring sosial semodel Facebook. Saya akui bahwa ada juga para pengguna jejaring sosial ini yang memanfaatkan untuk pelampiasan emosional semata, serta hal-hal negatif lainnya.
Ditemukannya Kiki seperti cerita di atas, hanyalah satu dari banyak hal positif yang bisa digunakan pengguna Facebook. Saya sendiri bisa terhubung lagi dengan rekan-rekan sewaktu SD, SMP dan SMU lewat Facebook. Bahkan membuat rencana reuni, mengundang untuk hadir dalam sebuah acara diskusi/seminar, serta ada juga yang membuat kerjasama usaha antar teman lewat Facebook. Positif bukan?
Saya yakin, bagi si pembuat Facebook, Mark Elliot Zuckerberg, ia bertujuan baik. Facebook hanyalah alat (tool). Dan patut kita sadari serta akui, bahwa Facebook juga seperti dua sisi mata uang, tergantung niat si pemakai, mau digunakan pada hal negatif atau positif. Jadi, tugas kita bersama sebagai masyarakat pengguna teknologi lah yang harus lebih bijak dan cerdas dalam menggunakan teknologi tersebut.



14 Feb 2010
Dommy Waas

1 komentar:

Terumbu mengatakan...

Menarik Dom! Media sekarang memang rasanya gak terlalu bijak bertutur. Belakangan gw malah males nonton TV lokal karena suka 'gak cerdas' dalam eksploitasi berita (baca: lebay hehe). Terima kasih dah berbagi :)

Pengikut