Selasa, 02 Desember 2008

JANGAN MENGHARAPKAN KEDAMAIAN, JIKA....

Bagi kita yang sempat akrab atau nge-fans berat sama grup band Slank mungkin tidak asing dengan istilah satu ini: “PEACE” (baca: Piss). Artinya: DAMAI. Kalau kita juga pernah dengar salah satu lirik dalam album ke-3 grup band ini, maka kita akan temukan lirik yang membandingkan bangsa kita ini dengan kondisi Texas abad 19 dan Sicilia. Sepertinya masih relevan. Perhatikan saja, di negeri ini tumbuh subur perilaku semodel koboi-koboi mabuk, liar dan hukum di tonjok. Saling menendang, saling menerjang. Adu kuasa, adu senjata. Belum lagi menjelang pemilu 2009, terjadi persaingan. Susah dan semakin berat. Segala cara dihalalkan.

Semua orang pasti memimpikan atau setidaknya memiliki harapan agar kedamaian atau perdamaian itu mewarnai bumi. Pertanyaannya, apakah hal ini hanya sebatas angan-angan semata, atau semestinya bisa kita wujudkan ? Apakah kedamaian-kedamaian yang kita rasakan saat ini sesungguhnya hanya sekedar kedamaian yang semu semata ?
Saya memiliki beberapa catatan – yang juga wujudnya pertanyaan buat diri kita - terhadap harapan akan kedamaian itu sendiri.

Mengapa kita mengharapkan kedamaian :
• Jika saat melakukan ritual ibadat saja bibir kita membeku untuk sesungging senyum pada orang lain ?
• Jika dalam berkendara kita masih saja tak mengindahkan rambu-rambu lalu-lintas?
• Jika di mana-mana kita tak malu membuang sampah sembarangan?
• Jika para pekerja (buruh) masih dijadikan sapi perahan?
• Jika kita masih bersikap ‘narsis’ akan suku, agama, golongan, ras dan warna kulit?
• Jika kita masih mengkonsumsi apa-apa yang merusak diri kita sendiri?
• Jika kita abai terhadap lingkungan social-masyarakat kita?
• Jika dalam hati kita, masih saja menyemai benih kebencian, dendam dan sakit hati?
• Jika kita tak lagi bersikap hormat pada orang tua kita?
• Jika kita tak lagi mendengarkan anak-anak kita?
• Jika kita selalu mengkambinghitamkan pihak lain?
• Jika kita masih menggunduli hutan, meracuni sungai dan mencemari udara?
• Jika kita selalu membuat gaduh telinga orang lain ?
• Jika kita tak pernah berterima kasih dan bersyukur untuk apa yang telah kita terima dan miliki?
• Jika kita tak pernah berdoa dan bekerja keras untuk apa yang akan kita hasilkan?
• Jika kita begitu tamak dan serakah pada kucuran berkat Tuhan?
• Jika kita tetap menutup mata, telinga dan hati kita pada ketidakadilan dan penindasan terhadap hak-hak dasar kemanusiaan?
• Jika kita begitu kaya dengan keinginan untuk dicintai, tetapi jiwa kita begitu miskin dalam mencintai orang lain?
• Jika kita tak pernah berbuat apa-apa….
Untuk keluarga kita,
Untuk saudara kita,
Untuk tetangga kita,
Untuk orang yang tak kita kenal,
Untuk lingkungan tempat tinggal kita,
Untuk gereja,
Untuk orang yang tak segereja,
Untuk orang yang tak seagama,
Untuk kota kita,
Untuk bangsa ini?

Bangunlah! Bermimpi saja dan berharap saja tak cukup! Berani bermimpi pun haruslah diimbangi untuk berani terjaga dari mimpi. Dan juga butuh keberanian yang besar untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita.
Kedamaian bukan sekedar mimpi, harapan, cita-cita atau wacana. Kedamaian dimulai dari hati, pikiran dan tindakan yang senantiasa berpusat pada Kristus. Dalam tuntunan dan kuasa Roh Kudus bagi kemuliaan Allah Bapa kita. Jika tidak...kita hanya akan memetik kedamaian yang semu. Selamat terjaga dari mimpi-mimpi dan mewujudkannya.

Salam,
DW

Tidak ada komentar:

Pengikut