Kamis, 06 November 2008

KEJAHATAN, KEBAIKAN dan KEBENARAN

Tulisan ini lahir dari sebuah percakapan tanggal 28 Okt 2008.

“Pak, kenapa sih ada orang jahat?” pertanyaan itu – entah iseng atau luapan kegelisahan – meluncur ringan dari bibir seorang mahasiswi yang kini tengah magang di tempat saya bekerja.

Ya, di tengah kesibukan, mendapat pertanyaan seperti itu justru membuat saya ‘tersudut’. Tersudut karena pertanyaan itu buat saya bukan sekedar pertanyaan, tapi memposisikan diri ‘bertengger’ di sudut-sudut pertanyaan lainnya – menyusul pertanyaan tadi.

Belum juga saya mencerna pertanyaan tersebut, Yovita – mahasiswi berjilbab ini – menjawab sendiri: “Karena ada orang baik ya, Pak?!”

Naluri saya dengan singkat menanggapi pertanyaan dan pernyataannya dengan sebuah pertanyaan – yang saya anggap berimbang: “Mengapa kita harus baik?”

Kontan Yovita bereaksi: “Lho, bukannya kita memang harus begitu?”

“Kata siapa?” Tanya saya lagi.

Kita kan diajarkan begitu?” tangkis Yovita.

“Apa semua perbuatan yang baik itu sudah pasti benar? Apa kita yakin bahwa perbuatan baik itu baik juga untuk orang lain? Tak merugikan orang lain? Ya, apakah perbuatan baik itu benar-benar kita lakukan untuk kebaikan bagi sesame manusia, atau untuk kepentingan diri? Hanya supaya masuk sorga misalnya?” ” berondong saya spontan.

“ Kan semua orang ingin masuk sorga, Pak?” jawab Yovita.

“Itu kan yang kita tafsirkan dari agama-agama yang kita yakini? Apa ngga mungkin ada orang yang ngga mau masuk sorga?” timpal saya.

“Maksudnya?” selidik Yovita.

“Ya, tepatnya tafsiran orang lain sebelum kita. Apa kita juga akan tetap berbuat baik jika sorga itu tidak ada?” jawab saya.

Bagi saya orang yang berbuat baik tidak selalu dilatari motivasi yang benar dan orang yang berbuat jahat/salah tidak selalu motivanya juga jahat/salah.

Yovita terdiam. Mungkin ia sedikit shock dengan pertanyaan-pertanya an yang lahir dari pertanyaan awal tadi. Dan saya sendiri baru ‘ngeh’ setelah tiga hari lamanya pertanyaan dan pernyataan-pernyata an saya itu mengiang di dalam pikiran saya. Hingga saya menuliskannya dalam secarik kertas pada Minggu malam, 2 Nop 2008.

Pertanyaan itu: “Mengapa ada orang jahat?”, mengusik nalar saya untuk melihat ke dalam diri saya. Menjejerkan berbagai pertanyaan lain yang muncul selain apa yang telah saya nyatakan di atas:

“Apa motivasi saya berbuat baik?”

“Untuk siapa saya berbuat baik?”

“Benarkah perbuatan baik saya?”

“Apakah kebaikan saya akan memicu/melahirkan kebaikan lainnya atau justru kejahatan?”

“Bukankah kebaikan itu hanyalah semacam cangkang dari kebenaran, bukan kebenaran itu sendiri?”

“Tidakkah dari kejahatan pun ada terselip kebenaran?”

Dan terakhir….

“Jika ada kejahatan yang muncul, tidakkah kita selalu terburu-buru memvonisnya karena kita selalu menganggap diri kita baik dan orang lain jahat?”

Tidakkah kita perlu bertanya: “Kebaikan macam apa yang kita semai sehingga orang lain memetik buah kejahatan?!”

Saya jadi ingat cerita Umberto Eco dalam “In The Name of The Rose”. Bahwa kejahatan bisa muncul dari kesalehan. Dan faktanya, begitu banyak kesalehan-kesalehan yang membiakkan, melahirkan bahkan memelihara kejahatan.

Benar apa kata Paulus: “Semua yang baik, ……pikirkanlah semuanya itu!”

Dan benar pula apa yang diselidiki Yesus: “Mengapa kamu bilang Aku baik?”


Bdg, 2 Nop 2008.

Tabik,

Dommy Waas

Tidak ada komentar:

Pengikut